Silabuskepri.co.id, Batam — Chandra Ibrahim, senior Jurnalist kebanggaan saya menitip pesan untuk memperkenalkan nya ke muka publik. Kami diminta untuk menuliskan sesuatu tentang mimpi pemuda Batam kedepannya yang kami rangkum hasil dari pembicaraan bersama nya, supaya tentram, harmonis, dan damai. Agar rakyat, termasuk Pemuda bisa bahagia.
This is a tough task. Pengetahuan dan pengalaman saya minim. Saya sangat Defisit ilmu. Tapi Chandra Ibrahim adalah tokoh baik, ulit bagi kami menolak permintaan itu.
Sekali pun saya juga sebagai penulis yang terbilang kacangan, saya banyak mengintip tulisan dan ide-ide Candra Ibrahim di laman Batam Pos.
Tulisannya selalu mengganggu nalar berpikir kami. Dia membuat kami sebagai pembaca lebih banyak berkhayal seolah melintas dan menjelajah ruang dimensi. Bakatnya lahir secara nyata, membuat dunia bergairah karena tulisan.
Semasa jadi wartawan lepas saya dan teman-teman kerap diskusi sehat seputar nasehat dari tulisan Candra Ibrahim. Belakangan dia tulis sebuah tajuk opini berjudul “ Hari Baik untuk memulai sesuatu yang baik”. Kami menafsirkan bahwa ini ritme dari awalan yang baik. Candra Ibrahim akan melakukan terobosan yang besar.
Jelas, pemuda dari basic Jurnalist di Indonesia yang masuk kekancah politik memiliki privilege.
Analoginya keberadaan nya di kancah politik Tidak semegah rezim “white folk” di Afrika Selatan kuno. Namun, kondisinya jauh lebih baik dibanding other-minorities di Amerika, China, Singapore, Australia, Burma dan lain sebagainya.
Pemuda berasal dari Jurnalis yang terjun kedunia politik untuk maju di pemilihan kepala daerah masih terbilang langka, ada, tapi dapat dipastikan masih sedikit.
Di Indonesia, pemuda berprofesi sebagai Jurnalist punya social standing yang baik.
Jurnalist di Indonesia mirip etnik Sorbs di Jerman. For centuries, etnik Sorbs hidup di antara mayoritas German-speaking states.
Saya kenal Candra Ibrahim,
Eskalasi Perpolitikan bukan landasan dasar bagi nya untuk tampil kepermukaan , ini bukan masalah elektabilitas ataupun popularitas, ini masalah ikhlas dan keterpanggilan
Jurnalist bersimbuh darah berlumus kukus itu bagian dari sejarah, untuk menuliskan sejarah. Namun nyatanya kita belum damai untuk hari ini.
Seorang kakek tua, dengan satu cucunya yang masih sekolah selalu resah ketika memasuki awal bulan. Dia bingung selain berpikir untuk makan, biaya pendidikan cucu pun lebih penting untuk masa depan.
Jurnalist selalu gelisah dan dan bersedih disaat menuliskan sebuah narasi berita yang mengabarkan saudara NKRI terbunuh diamuk massa tertangkap mencuri karena menahan lapar !
Integrasi dan asimilasi populasi tidak menjamin keselamatan bagi minoritas yang miskin dan dendam sejarah masih ada. Masa depan butuh perubahan total.
Belakang terdengar kepastian Candra Ibrahim akan bertarung di Pilkada 2020. Ini nafas segar untuk kemajuan narasi politik kota.
Candra Ibrahim memilih to fight a bloody and unpopular duel karena dia percaya masyarakat kecil mesti dimenangkan. candra was right.
Just like Noah, dengan perahu menyelamatkan keluarganya dari banjir. Pilihan politik Candra Ibrahim adalah memenangkan rakyat marginal dari gelombang deras perubahan zaman. Candra Ibrahim memposisikan diri berada dibarisan masyarakat yang susah ekonomi, susah pendidikan dan susah mendapatkan layanan kesehatan
Seringkali, keputusan terbaik tidak popular. Candra Ibrahim mesti memutar setir nakhoda. Dia punya dignity. Berani. Karakter moralnya diuji. Dan dia keluar sebagai pemenang. Salute.
Seperti kata Margaret Chase Smith, “The right way is not always popular and easy way. Standing for the right when it is unpopular is a true test of moral character.”
Saya, dan mungkin juga Candra Ibrahim adalah salah-satu orang yang keberatan jika melihat sesak kota dipenuhi oleh masyarakat yang masih miskin.
Candra Ibrahim, tegas, keras, disiplin tapi dicintai. Anak buahnya di Batam Pos, anak buahnya banyak yang jadi “orang”.
ketemu Candra Ibrahim Direktur Utama Batam Pos & Ketua PWI Kepri. It is my honor to meet him. Dia punya karakter. Dialah salah satu faktor kunci kemenangan masyarakat kecil. Jasanya besar sekali dalam peradaban informasi kota
Menurutnya, The war is not over yet. Atau bahkan sama sekali belum dimulai, namun perjuangannya kedepanmembutuhkan strategi yang matang. Sehingga soliditas, kohesi dan tim kuat amat dibutuhkan.
Tulis Anwar Anas yang diterima Acank Own kepada Silabuskepri.co.id.
(P. Sib)