Di kancah dunia olahraga nasional, nama Susy Susanti sudah melegenda dan dikenang. Tak hanya itu, sosok kelahiran Tasikmalaya, 11 Februari 1971 ini bahkan kerap menjadi simbol kejayaan prestasi pada cabang olahraga bulutangkis.
Dinobatkan sebagai orang Indonesia pertama peraih medali emas Olimpiade, figur Susy begitu menjulang usai menapaki podium tertinggi di Barcelona 1992. Gelar itu pun semakin lengkap dengan torehan serupa yang diukir kekasihnya, Alan Budikusuma hingga keduanya menikah pada 1997 dan dijuluki sebagai ‘pengantin emas Olimpiade’.
Sederet prestasi gemilang dan gelar prestisius tentunya cukup menjadi bukti betapa fenomenalnya pemilik nama lengkap Susy Susanti Haditono.
Pada bulan ini, tepatnya pada 4 Agustus lalu, adalah tanggal dimana 24 tahun silam Susy sukses mendapat salah satu pencapaian tertingginya sebagai olahragawan, dimana bulutangkis baru pertama kalinya dipertandingkan di arena Olimpiade.
Lalu, seperti apa kenangannya saat detik-detik bersejarah itu ia alami dan bagaimana rasanya menjadi rang Indonesia pertama peraih medali emas Olimpiade? Juga seperti apa harapan dan dukungan terhadap para pebulutangkis yang akan tampil di Olimpiade Rio 2016?
Berikut petikan wawancara VIVA.co.id dengan pemilik merek produsen apparel bulutangkis Astec ini, yang dilakukan pada Senin 25 Juli 2016 di kediamannya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta.
Bertanding di Olimpiade selalu memberikan aura berbeda, bagaimana perasaan Anda ketika itu?
Olimpiade itu momen yang pasti sangat dinantikan bagi setiap atlet, karena untuk tampil di ajang ini sangat sulit sekali dan harus bersaing ketat dengan atlet dari seluruh dunia untuk dapat lolos. Saat itu, kira-kira dari 2 tahun sebelum Olimpiade kita sudah harus berjuang mengumpulkan poin karena dari seluruh pebulutangkis di dunia, hanya 32 pemain (untuk nomor tunggal) saja yang bisa lolos.
Medali emas pertama untuk Indonesia pun sukses diraih, apa yang terbayangkan saat berada di podium tertinggi?
Saat itulah momen yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya, suatu kemenangan yang luar biasa dengan mempersembahkan emas pertama bagi Indonesia, mengibarkan Merah Putih dan mengumandangkan Indonesia Raya. Disitulah saya merasa dapat mewakili kebanggaan dan keharuan yang betul-betul sempurna sebagai bangsa Indonesia dapat berdiri tegak sejajar layaknya negara-negara lain yang juga mampu merebut medali emas.
Bagaimana perasaan Anda menjelang laga final?
Dan satu hari sebelum final, ketegangan itu pun memuncak sampai saya tak bisa makan dan tidur, saya cuma mau ini cepat-cepat selesai. Namun akhirnya saya bisa memberikan yang terbaik bagi bangsa ini, meski sebelumnya target harus menndapatkan emas ini sempat membuat saya menjadi terbebani. Tapi saya mampu membuktikan hal itu. Dan bisa merebut medali emas tentunya torehan puncak sebagai olahragawan karena disitulah kebanggaan itu terletak saat nama kita akan dikenang dalam sejarah dunia olahraga.
Apakah ada persiapan khusus yang dibuat untuk persiapan menuju laga di Olimpiade?
Ya, jelang tampil di Olimpiade itu saya memang sangat berlatih keras. Program jadwal latihan juga dibuat seketat mungkin, porsi latihan saya tambah sendiri dari sebelumnya. Kalau untuk kejuaraan lain saya biasanya berlatih 5-6 jam, maka untuk persiapan ke Olimpiade ini hingga 7-8 jam sehari yang dibagi menjadi 3 sesi setiap harinya.
Sebelum berangkat ke Barcelona, apakah punya firasat medali emas akan bisa diraih?
Kalau 100 persen yakin tidak ya, saya tidak pernah terlalu percaya diri atau yakin saya bisa dapat medali emas. Karena hal itu justru akan membuat saya makin terbebani lagi. Tapi untuk memacu motivasi, saya hanya selalu berpikir bahwa saya akan berjuang, terlepas nanti hasilnya apa yang jelas saya tak pernah menyepelekan siapapun lawan yang akan dihadapi.
Apa yang menjadikan Anda tampil begitu prima dan hanya kehilangan satu set saja, itu pun hanya pada partai final melawan rival sengit asal Korsel, Bang Soo-hyun?
Saya pribadi memang memiliki kebiasaan untuk mencatat semua kelemahan dan kelebihan yang perlu dipelajari dari permainan setiap lawan yang saya hadapi ataupun dari beberapa tayangan rekaman video.
Jadi setelah hasil drawing Olimpiade itu keluar sekitar 2 minggu sebelum laga Olimpiade itu dimulai dan kita mengetahui siapa calon-calon lawan yang akan dihadapi, maka saya sudah mempelajari betul strategi bagaimana cara mengatasi lawan. Dan itu saya rasakan sangat membantu dalam persiapan saya selama ajang tersebut.
Apa arti kemenangan tersebut bagi karier bulutangkis Anda?
Karena ketika pertama kali saya dipastikan lolos, baik PBSI ataupun juga Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) saat itu langsung memberikan saya target untuk bisa merebut emas. Bahkan selama persiapan itu pun saya sangat tegang sebab setiap kali saya bertemu orang, mereka selalu mengatakan “Susy, kamu harus emas ya,” seperti itu semuanya dan hal itulah yang membuat saya sampaii merasa sedikit terbebani dengan besarnya harapan bangsa ini.
Ini juga seolah menjadi prestasi puncak dari pencapaian tertinggi dalam karier saya sebagai olahragawan. Dan dengan raihan medali emas dari saya dan mas Alan pada Olimpiade 1992 saat itu, berhasil menempatkan Indonesia makin dikenal luas karena masuk dalam ranking 24 dunia.
Saat pulang ke Indonesia, dan mendapat sambutan yang luar biasa, terbayarkah semua kerja keras selama ini?
Ya pada saat selesai dalam kemenangan pertandingan final itu disana mungkin tidak terlalu terasa dampaknya akan sebesar apa dan saya pikir sudah selesai euforianya. Tapi ternyata berita dan penyambutan disini luar biasa. Pada saat kita baru mendarat pun langsung disambut dan diarak untuk keliling Jakarta dan berakhir di Ancol untuk acara puncaknya dimana semua warga Jakarta beramai-ramai menyampaikan ucapan selamat.
Mungkin ada perasaan yang lainnya?
Ya, saya sangat merasa senang sekali saat itu, bahwa semua kerja keras dan apa yang saya perjuangkan bisa membuat masyarakat merasakan kebanggaan dan kegembiraan yang luar biasa.
Lalu setelah mendapat emas, bagaimana tanggapan dan perhatian pemerintah atas raihan prestasi tersebut?
Ya waktu itu saya mendapat penghargaan bintang jasa utama dari pemerintah, jadi ya hanya hal itu saja beserta ucapan “terima kasih” penghargaan untuk saya dari pemerintah pusat, dan tidak sebesar apa yang diberitakan. Justru pihak-pihak lain yang banyak berkontribusi memberikan apresiasi, ada dari pengusaha-pengusaha dan pemerintah daerah Jawa Barat yang mempunyai kepedulian untuk semacam memberi bonus serta dari pemilik klub Jaya Raya, pak Ciputra yang memberikan saya rumah.
Seperti apa anda melihat persaingan bulutangkis dunia saat ini?
Dengan makin populernya bulutangkis di dunia, maka kini makin banyak juga negara-negara yang menjadi pesaing dan bahkan mereka bisa mengejar prestasi-prestasi negara yang punya tradisi prestasi seperti China dan Indonesia. Hal ini juga membuat persaingan menjadi lebih merata dan ketat ke depannya.
Untuk para pemain Indonesia sendiri, apa pesan Anda?
Yang jelas para pebulutangkis Indonesia harus kerja keras dan tampil maksimal jika ingin bisa bersaing terus. Sebab, saat ini persaingan lebih merata dan semakin ketat dimana bulutangkis sudah tidak lagi hanya dikuasai negara yang punya tradisi prestasi seperti China, Korea dan Indonesia.
Bagaimana Anda melihat peluang rekan-rekan pebulutangkis yang akan bertarung pada Olimpiade 2016 di Brasil nanti?
Secara umum peluang meraih medali memang terbuka, namun kita tentunya sangat berharap tradisi emas dari bulutangkis bisa kembali tercapai di Rio nanti.
Tanpa mengecilkan perjuangan mereka nanti ya harus realistis juga bahwa untuk tunggal putri (Linda Wenifanetri) saat ini cukup berat, begitu juga tunggal putra (Tommy Sugiarto) saya pikir juga agak sedikit berat karena melihat dari faktor prestasi yang bisa mereka torehkan dan masih butuh prosesnya regenerasi di nomor tersebut.
Sektor-sektor mana saja yang menurut Anda cukup berpeluang?
Untuk ganda putri cukup punya peluang untuk meraih medali, tergantung motivasi serta menjaga fokus dari Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari mengingat mereka adalah juara Asian Games 2014 dan saya rasa lawan-lawannya pun tidak akan jauh berbeda.
Dan ganda putra, memang sudah jadi tumpuan dan harapan kita. Saya menilai Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan berkali-kali dalam event-event penting mereka selalu memberikan pencapaian terbaiknya. Terutama bagaimana mereka harus bisa mengatur stamina, karena secara usia Hendra mungkin sudah cukup senior dan Ahsan beberapa kali kerap diganggu cedera.
Lalu untuk ganda campuran, kita juga berharap Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir serta Praveen Jordan/Debby Susanto bisa memberikan penampilan terbaiknya dengan sejumlah pengalaman dan deretan prestasi mampu mencapai puncaknya pada Olimpiade nanti.
Seperti apa seharusnya pemerintah dalam memberikan perhatian terhadap bulutangkis sebagai salah satu cabang andalan di negeri ini?
Ini menjadi PR besar, bukan hanya untuk PBSI tapi juga pemerintah pusat untuk melakukan sejumlah terobosan. Yang paling urgent adalah bagaimana masyarakat dapat merasa dirinya tidak akan ragu-ragu mempercayakan masa depan anak-anaknya kelak di bidang olahraga, khususnya bulutangkis yang sering mengharum nama bangsa.
Langkah konkret apa yang Anda harapkan saat ini dari pemerintah dalam mensiasati tubuhnya bibit-bibit andal di dunia olahraga?
Saya berharap penghargaan dan peran serta pemerintah yang mendorong adanya peningkatan kesejahteraan atlet, menjadi begitu sentral saat ini terutama dengan rencana digulirkannya program jaminan hari tua bagi mereka yang berprestasi. Dan jangan pula sampai ada persepsi di masyarakat, “buat apa jadi atlet, toh kerja keras dan pengorbanannya selama ini tidak pernah dihargai atau bahkan diabaikan.”