Yan Fitri : Sumpah Pemuda Momentum Perekat dan Bangkitkan Semangat Persatuan Nasional

banner 468x60

Silabuskepri.co.id, Batam — Wakapolda Kepri Brigjen Pol Drs. H. Yan Fitri Halimansyah, M.H menyampaikan bahwa Persatuan dan Kesatuan Pemuda harus kembali digelorakan untuk mengembalikan perasaan yang membara dan memuncak sejak 91 tahun yang lalu, tepatnya 28 Oktober 1928 ketika Sumpah Pemuda dikumandangkan.

“Kita Satu Indonesia, Pemuda yang merangkai persatuan dan Kesatuan untuk Indonesia.” Kata Brigjen Pol Drs. H. Yan Fitri Halimansyah, M.H. Senin, (28/10/2019).

banner 336x280

Hari ini, kata Jendral asal Tanjung Pinang itu, berbagai peristiwa mulai dari pra Pilpres lalu telah menyulut rasa dan mencabik hati para barisan pemuda Indonesia, Pemuda sempat terpecah belah atas berita hoax, isu sara, faham radikalisme hingga insiden-insiden lainnya yang membuat rasa persatuan dan kesatuan semakin terkikis dan terkoyak koyak.

“Kita harus mengenang, 91 tahun yang lalu, semboyan ‘lebih baik mati berkalang tanah dari pada  kehilangan kemerdekaan tanah air,” pribahasa ini pernah di teriakkan para pemuda Indonesia untuk melawan penjajah. Untuk itu marilah kita kembalikan semangat itu,” pungkasnya

Jika dulu pemuda berhasil mengomandoi perlawanan terhadap penjajah dan antek-anteknya, hari ini Yan Fitri berharap Pemuda dapat menjadi garda terdapan sebagai Pemersatu anak-anak Bangsa.

Sudah 91 tahun hasil pengorbanan pemuda dinikmati oleh masyarakat Indonesia diberbagai lini. Sebuah usia yang tak lagi muda dari perjalanan panjang sebuah bangsa yang selalu berusaha untuk terus menjadi sebuah negera yang benar- benar merdeka baik secara moral dan mental.

Namun, sayangnya realitas di lapangan jauh nan berbeda. Dimana menunjukkan merosotnya karakter dalam pengamalan nilai luhur persatuan Pancasila, di kalangan generasi mudanya. Di tengah arus globalisasi yang dipenuhi intrik dan propaganda, yang diantaranya penyebaran-penyebaran paham radikalisme dan terorisme. Dikhawatirkan dapat menyulut perpecahan atas kebhinekaan masyarakat Indonesia, jika generasi mudanya saja sebagai pilar utama malah kehilangan jati dirinya bagaimana dengan yang lainnya.

“Karena Paul Ricoeur dalam Haryatmoko “Etika Politik dan Kekuasaan” (2014:24) menyatakan ideologi sangat berperan dalam strukturasi tindakan sosial,” pungkas Yan.

Kelompok tersebut menjadi provoktor untuk memecah belah bangsa ini, dengan berbagai tujuan politik kekuasaan. Mereka berlomba-lomba untuk menebarkan benih-benih kebencian, di atas perbedaan masyarakat yang plural ini. Apabila disadari, bahwa kebencian itu penyebab utama kekerasan masal yang mewabah di Indonesia saat ini.

“Berbagai tindakan kriminal seperti perusakan dan pembakaran tempat ibadah, penjarahan, pemerkosaan, penganiayaan, dan pembantaian yang sering kali disayangkan pemuda terlibat di dalamnya,” tutur Yan dengan nada sedih.

Orang boleh mengatakan bahwa, sebab utamanya adalah kesenjangan ekonomi atau sistem politik yang represif. Tetapi, tidak bisa dipungkiri dan diabaikan bahwa, peran kebencian sebagai “pisau sayat” untuk merobek jala persatuan diantara barisan kelompok agama, ras, dan golongan itu dilakukan oleh pihak yang berkepentingan melalui menyebaran faham radikalnya.
Oleh karena itu, mengingat berbagai pengorbanan, kecerdasan, dan ketangguhan para pemuda saat itu, dapat kita jadikan sebagai refleksi untuk membangkitkan semangat nasionalisme generasi muda dalam menghadapi gejolak zaman terutama terkait dengan radikalisme dan terorisme,” tambahnya.

Oleh sebab itu, Yan berharap dalam memperingati momentum Sumpah Pemuda tahun ini. Pemuda Indonesia bisa menjadikannya sebagai Momentum Bangkitkan Persatuan Nasional dan mengembalikan kiprah pemuda Indonesia yang bersatu, tangguh dan mewarnai Pembangunan Indonesia.

“Para pemuda harus kembali mengingat, bahwa dalam ayat-ayat sakral (Sumpah Pemuda.red) tersebut denyut nadi putra-putri Indonesia terus berdetak, jangan sampai ia sekarat hanya karena berbeda pendapat,” tutupnya. (P. Sib/Ack)

banner 336x280