MAZMUR 95:1-11
Pendahuluan
Penjelasan Nats
Atas dasar pengalaman inilah dalam Mazmur 95:1-11, pemazmur menyatakan alasan-alasan umat memuji dan menyembah Allah, di antaranya:
1). Tuhan itu adalah Allah yang besar (ay. 1-5).
Dia adalah Raja yang maha besar mengatasi segala allah (ay.3), tidak ada kuasa di atas Allah, semua kuasa berlutuk kepadanya. Pengalaman Pemazmur (Daud) saat mengalahkan Goliat (orang Filistin). Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada di tangan-Nya (ay.4), dan Puncak-puncak gunung pun kepunyaan-Nya, (ay. 4), Yang punya laut, Dialah yang menjadikannya, dan darat, tangan-Nya yang membentuknya (ay. 5). Milik-Nya lah bumi dan segala isinya bahwa Ia yang menciptakan-Nya dan di bawah kuasa-Nya. Peristiwa yang terjadi di bumi ini di bawah penguasaan Allah. Allah tidak meninggalkan ciptaan-Nya semuanya di bawah penguasaan Allah
2). Kemahabesaran Allah, merupakan alasan mengudang umat datang beribadah kepadaNya (ay. 7-11).
Beberapa bukti kemahabesaran Allah, yakni:
a). Dia yang empunya kehidupan dan bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan umat (ay. 1), menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur dan Sorak-sorak bagi-Nya nyanyian Mazmur (ay.2), sujud menyembah dan berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan umat (ay. 6).
b). Dialah Allah Kita, dan kita umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan Tangan-Nya (ay. 7). Bagi Pemazmur (Daud) ia seorang gembala yang menggembalakan domba-domba bapanya. Ia berusaha menggembalakan domba-domba bapanya dengan baik, supaya domba-domba dalam keadaan aman dan cukup makanan dan minuman. Demikian juga Daud mempunyai penggembala yaitu Tuhan Allah (bnd. Maz. 23:1-6).
c). Pengakuan Pemazmur bahwa Allah itu gembala umat, dinaytakan dengan mengundang umat untuk jangan mengeraskan hati (ay.9). Seperti pengalaman nenek moyang bangsa Israel yang mengeraskan hati di Meriba (Kel, 17:1-7), Mereka mencobai Tuhan Allah dengan bertengkar dengan Musa dengan mengatakan:”Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?” Hasilnya: Musa dan Harun (umat yang mencobai) tidak dapat masuk kenegeri yang yang dijanjikan kepada umat, kerena Musa dana Harun tidak percaya dan menjaga kekudusan Tuhan di depan umat. Demikian juga dalam Bilangan 25:1-9, pengalaman bangsa Israel yang menyembal Baal Peor, mati karena tulah sebanyak 24.000 orang (Band. Maz. 95:9-11).
b). Di tengah-tengah (segala situasi/pergumulan suka dan duka) kehidupan kita ini, kotbah ini ingin mengundang untuk memastikan/meneguhkan kita bahwa memuji dan menyembah Allah dengan disertai hati yang taat kepadaNya. Pujian dan penyembahan kita tidak hanya di mulut saja tetapi sampai kepada segenap hati. Jika umat Tuhan (Israel) dalam perjalanan di padang gurun tidak sanggup menjadi umatNya yang setia, sehingga mereka tidak dapat memperoleh tanah yang dijanjikan kepada kepada mereka. Ini patut menjadi renungan bagi kita supaya kita memuji dan menyembah Allah dengan segenap hati. Dan ketika kita mendengar Tuhan berfirman, jangan keraskan hatimu, dengarkanlah, simpahlah dalam hati, renungkanlah, dan lakukanlah, maka tentu kita akan menikmati janji berkat Tuhan yaitu sukacita dan damai sejahtera.
c). Di dalam Yesus Kristus, kita semua telah menerima Roh Kudus sebagai jaminan keselamatan yang telah dijanjikan, sehingga antara waktu sekarang dan penyempurnaan (kedatangan Yesus kedua kali) kita boleh dan sanggup hidup memuji dan menyembah Allah saja. Ingat setiap saat ada saja tawaran untuk meninggalkan Tuhan atau menduakan Tuhan (harta, pengetahuan, kemajuan komunikasi, keinginan yang tidak tertunda, persaingan, uang, kehormatan, kedudukan, makanan, dll) dapat menjadi tuhan atau tuan bagi seseorang. Di pihak lain. Roh Kudus setiap saat menolong kita untuk memuji dan menyembah Allah pencipta langit dan bumi dan yang kita kenal dalam Yesus Kristus.
d). Kepada kita telah dianugerahkan iman di dalam Yesus Kristus untuk memperoleh keselamatan dari Allah yang memampukan kita melihat realitas kehidupan ini akan janji keselamatan dari Tuhan. Sesuai Roma 8: 32-39 dinyatakan akan keyakinan Iman kepada Kristus Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan atau bahaya atau pedang?” Namun semuanya itu tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Dalam realitas kehidupan kita, marilah peka/jeli mendengar suara Tuhan dengan tetap mengandalkan iman. Marilah mensyukuri Anugerah Allah yang masih memberikan kita waktu kesempatan menyanyikan syukur pujian atas kebesaranNya dan tidak mensia-siakan FirmanNya. Marilah mendengarkan seruanNya dengan Iman yang teguh karena itu adalah seruan keselamatan kita. Buka hati untuk suara Tuhan dan menjalani hidup berdasar pada seruan FirmanNya. Biarlah hidup yang kita jalani menjadi pujian syukur kepada Allah dan meninggalkan ibadah yang hanya rutinitas yang tidak berdampak, namun ibadah menjadi daya dorong yang kuat untuk melakukan Firman Tuhan. Kita sikapi hidup dengan iman kepada Tuhan Yesus dan bukan dengan kekuatan manusia apalagi dengan sungut-sungut dan kekawatiran. Keselamatan kita adalah di dalam Nama Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Amin
tetaplah semangat dan selalu bertekun dalam doa. Selamat memasuki pelayan ibadah minggu Okuli
Pd. Sikpan K.P. Sihombing, MTh, MPd