Silabuskepri.co.id | Batam – Saat malam mulai menyelimuti pelataran Harbour Bay, semangat para penikmat seni dan budaya justru semakin membara. Di panggung megah Kenduri Seni Melayu (KSM) ke-26, satu momen istimewa mencuri perhatian: bukan dentuman musik atau tarian gemerlap, melainkan pembacaan puisi oleh Wali Kota Batam, Amsakar Achmad.
Puisi berjudul Uwak, ciptaan Amsakar sendiri, dibacakan dengan penuh penghayatan, menghidupkan makna lewat suara dan ekspresi. Para penonton larut dalam syair yang menyentuh dan membangkitkan ingatan kolektif tentang jati diri budaya Melayu. Bukan sekadar penampilan, tetapi simbol bahwa seni dan kepemimpinan bisa saling menguatkan dalam merawat warisan budaya.
“Dalam bahasa ibu saya, Kepri, ‘uwak’ berarti bapak. Puisi ini saya dedikasikan untuk semua ayah di dunia atas segala perjuangan mereka,” ujar Amsakar.
Puisi tersebut menjadi lebih dari sekadar karya sastra—ia menggugah, menyentuh jiwa, dan meneguhkan kembali semangat pelestarian budaya Melayu di tengah gelaran KSM.
Sebelum membacakan puisinya, Amsakar menekankan bahwa KSM ke-26 tidak hanya berfungsi sebagai ajang pertunjukan, tetapi juga sebagai sarana diplomasi budaya. Tahun ini, acara tersebut diikuti oleh 368 peserta dari negara-negara serumpun seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura, serta daerah-daerah di Indonesia.
Ia pun mengapresiasi konsistensi penyelenggaraan KSM hingga edisi ke-26, sebagai bentuk nyata komitmen dalam menjaga dan mengembangkan budaya Melayu. Menurutnya, seni dan budaya lokal tak hanya memperkuat identitas, tetapi juga bisa menjadi magnet wisata.
“Melalui pelestarian budaya, penguatan hubungan antarnegara serumpun, dan dorongan terhadap ekonomi kreatif, KSM menjadi motor penggerak kunjungan wisatawan ke Batam,” katanya. Ia optimistis, dengan konsep acara yang semakin menarik dan promosi yang masif, akan semakin banyak wisatawan yang tertarik.
Amsakar juga membagikan wacana pembangunan panggung seni budaya permanen di Kota Batam. Gedung Beringin tengah dikaji untuk dijadikan pusat kegiatan seni budaya yang dapat digunakan oleh berbagai komunitas di Batam.
“Dengan kreativitas dan kemasan yang tepat, acara seni seperti ini bisa jadi daya tarik besar. Ini akan membawa nilai tambah untuk Batam,” ujarnya.
Ia tak lupa menyampaikan apresiasi kepada seluruh seniman dan budayawan atas kontribusi mereka dalam menyukseskan KSM. “Terima kasih atas pertunjukan yang luar biasa. Ini wujud kecintaan terhadap budaya kita,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Batam, Ardiwinata, menjelaskan bahwa KSM tahun ini menjadi satu-satunya event di Kepulauan Riau yang masuk dalam daftar Kharisma Event Nusantara (KEN) dari Kementerian Pariwisata. Acara ini berlangsung selama tiga hari, dari 16 hingga 18 Mei 2025.
Ia juga menekankan bahwa KSM telah berlangsung tanpa henti selama 26 tahun, bahkan di masa pandemi COVID-19, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Menurutnya, KSM menjadi bagian dari pelestarian 10 Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) Kota Batam, sekaligus sebagai daya tarik wisata unggulan. Kegiatan ini juga mendukung visi Pemerintah Kota Batam menjadikan Batam sebagai destinasi MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).
Selain suguhan seni dan budaya, pengunjung juga dapat menikmati bazar kuliner khas daerah. Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Batam turut serta dalam menghadirkan cita rasa tradisional Melayu yang menjadi salah satu daya pikat acara.
Ketua LAM Kepri Kota Batam, Raja M Amin, mengajak generasi muda untuk mencintai seni dan budaya Melayu. Menurutnya, jika ruang-ruang seni tidak diisi, maka budaya asing akan mengambil alih ruang ingatan generasi mendatang.
Ia juga mengapresiasi komitmen Wali Kota Batam Amsakar Achmad terhadap pelestarian budaya Melayu. “Terima kasih atas kepedulian terhadap budaya Melayu. Semoga Batam bisa menjadi bandar dunia yang Madani,” ucapnya.(*)