Silabuskepri.co.id | Batam – Kepala BP Batam, Amsakar Achmad, bersama Wakil Kepala BP Batam, Li Claudia Chandra, menghadiri peresmian pabrik PT Solder Tin Andalan Indonesia (Stania), anak usaha PT Arsari Tambang, yang berlokasi di Kawasan Industri Tunas Prima. Pabrik ini diharapkan menjadi motor baru dalam mendorong hilirisasi mineral dan penguatan sektor industri di Batam.
Turut hadir dalam acara peresmian tersebut, Komisaris Utama PT Arsari Tambang, Hashim Djojohadikusumo, dan Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM, Todotua Pasaribu.
Dalam sambutannya, Amsakar Achmad menyampaikan apresiasi atas kehadiran pabrik solder berbahan dasar timah di Kota Batam. Ia menyebut, kehadiran PT Stania akan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah maupun nasional, khususnya dalam mendukung agenda hilirisasi sumber daya alam.
“Kami sangat bersyukur atas peresmian ini. Pemerintah, khususnya BP Batam, akan memberikan pelayanan terbaik bagi setiap investor yang berinvestasi di Batam,” ujar Amsakar.
Ia juga optimistis bahwa pelayanan yang maksimal terhadap investor akan menjadi kekuatan baru dalam membangun Batam sebagai kota industri yang berdaya saing global.
“Mari kita bekerja sepenuh hati untuk Batam yang lebih hebat dan lebih dahsyat di masa depan,” pungkas Amsakar.
PT Stania akan memproduksi berbagai jenis solder berbasis timah, seperti solder wire dan solder paste, yang digunakan dalam berbagai sektor industri seperti kendaraan listrik, perangkat elektronik, hingga peralatan rumah tangga. Pabrik ini juga dirancang menggunakan proses produksi rendah emisi karbon serta menerapkan standar internasional ISO 9001, 14001, 50001, dan 45001 dalam pengendalian mutu, manajemen energi, lingkungan, dan keselamatan kerja.
Komisaris Utama Arsari Tambang, Hashim Djojohadikusumo, mengungkapkan rasa bangganya terhadap kehadiran PT Stania. Ia menyebut bahwa dibandingkan dengan pabrik-pabrik lain yang pernah ia dirikan di Cilegon, Cibinong, maupun Cilacap, PT Stania merupakan yang paling membanggakan.
“Ini adalah bukti bahwa Indonesia mampu menjalankan hilirisasi secara nyata. Saat ini baru satu line produksi yang berjalan, namun akan dikembangkan hingga delapan line,” ungkapnya.
Dengan nilai investasi awal mencapai Rp 400 miliar, PT Stania diproyeksikan dapat menyerap hingga 640 tenaga kerja ketika seluruh line produksi telah beroperasi.
Hashim berharap dukungan dari pemerintah daerah dapat terus mengalir agar target pengembangan dan kontribusi industri ini bisa tercapai maksimal.